Bumi kita berputar seperti gasing. Gerak putar Bumi
pada sumbu putarnya ini dinamakan gerak rotasi. Untuk menyelesaikan satu
putaran (satu periode rotasi), dibutuhkan waktu 23 jam 56 menit 4.1 detik.
Gerak rotasi Bumi inilah yang menyebabkan terjadinya siang dan malam dan
pergerakan semu benda-benda langit.

Jika kita berada di bumi belahan selatan (sebelah
selatan khatulistiwa), kita akan mengamati lintasan harian benda-benda langit
tidak lagi tegak lurus terhadap horizon, tapi condong ke arah utara. Besarnya
kemiringan lintasan harian ini tergantung sejauh mana kita dari khatulistiwa.
Semakin ke arah selatan, maka garis lintasan gerak harian benda-benda langit
akan semakin condong ke arah utara. Begitu juga sebaliknya jika kita bergerak
ke arah utara. Semakin ke utara dari khatulistiwa, maka semakin besar
kecondongan lintasan harian benda-benda langit itu ke arah selatan.
Gerak semu langit tidak sama periodenya dengan
gerak Matahari di langit (diamati dari Bumi). Gerak semu langit periodenya 23
jam 56 menit 4.1 detik, sedangkan gerak harian Matahari di langit periodenya 24
jam. Terdapat perbedaan sekitar 4 menit. Perbedaan ini menyebabkan penampakan
langit sedikit berbeda dilihat pada jam yang sama tiap harinya. Sebagai contoh:
misalnya sebuah bintang hari in terbit pukul 18:00 sore. Maka keesokan harinya
ia akan terbit pukul 17:56, lusa pukul 17:52, dst. Bintang itu akan terbit 4
menit lebih cepat dari hari sebelumnya. Karena itu, perlahan-lahan penampakan
langit akan bergeser dari hari ke hari. Kira-kira enam bulan dari sekarang,
bagian langit yang berada di atas kepala kita pada (misalnya) jam 9 malam, akan
berada di bawah kaki kita. Dengan kata lain, jika kita mengamati langit dengan
waktu pengamatan yang terpisak 6 bulan,kita akan mengamati dua belahan bola
langit yang berbeda.
Objek-objek langit seperti Matahari, Bulan, dan
planet-planet, memiliki geraknya sendiri diantara bintang-bintang. Matahari
bergerak secara perlahan ke arah timur relatif terhadap bintang-bintang. Karena
itu, untuk menyelesaikan satu putaran mulai dari misalnya posisi tepat di atas
kepala kita, terbenam, terbit, kembali di atas kepala kita, matahari
membutuhkan waktu 24 jam (selang waktu sehari semalam). Bintang-bintang
membutuhkan waktu sama denga periode rotasi Bumi, 23j 56m 4.1d. Bulan
membutuhkan waktu sedikit bervariasi, kira-kira 50 menit lebih panjang dari 24
jam. Planet-planet bergerak di langit dengan kecepatan yang lebih besar lagi
variasinya, tergantung pada seberapa dekat planet tersebut ke Matahari, dan
dimana posisinya (dalam orbitnya) relatif terhadap Bumi.
gerak semu harian dan
tahunan matahari
gara-gara
bahan buat unas ada yang nyerempet masalah gerak semu, jadi bikin post ini.
semoga membantu! x)
1. gerak semu harian matahari
penyebab:
rotasi bumi (gerak putar bumi pada sumbu putarnya). kala rotasi bumi
adalah 23 jam 56 menit 4.1 detik
gerak
semu harian matahari mengakibatkan perubahan posisi matahari setiap harinya.
matahari terlihat terbit di timur dan tenggelam di barat. padahal gerak semu
ini teramati karena bumi kita yang ber-rotasi dengan arah sebaliknya, dari
barat ke timur. sehingga akan muncul tampak kesan semu bahwa dari sudut
pandang kita (sebagai pengamat) di bumi, matahari-lah yang bergerak
mengelilingi.
2. gerak semu tahunan matahari
penyebab:
revolusi bumi
bumi membutuhkan waktu selama 1 tahun untuk bergerak
mengelilingi matahari (revolusi). bumi, selain bergerak mengelilingi matahari,
juga bergerak berputar terhadap sumbunya (rotasi). tetapi sumbu rotasi bumi ini
tidak sejajar terhadap sumbu revolusi, melainkan sedikit miring sebesar 23,5
derajat. akibat dari miringnya sumbu rotasi bumi itu, matahari tidak selalu
terlihat di atas khatulistiwa mumi, matahari akan terlihat berada di bagian
utara dan selatan bumi. selama setengah tahun, matahari lebih banyak menerangi
bumi bagian utara, dan setengah tahun berikutnya matahari lebih banyak
menerangi bumi bagian selatan.
dalam
gerak semunya, matahari akan tampak bergerak dari khatulistiwa (equator) antara
23,5 derajat lintang utara dan lintang selatan. pada tanggal 21 maret – 21
juni, matahari bergeser dari khatulistiwa menuju ke utara dan akan berbalik
arah setelah mencapai 23,5 derajat lintang utara dan kembali bergerak
menuju khatulistiwa. setelah itu, matahari akan tampak bergerak ke selatan dan
berbalik arah setelah mencapai 23,5 derajat lintang selatan.
sekitar tanggal 21 maret saat matahari melintasi ekuator langit, momen ini juga disebut “hari pertama musim semi”. saat matahari mencapai deklinasi ini pada titik balik matahari musim panas sekitar bulan juni 21. hari ini juga disebut “pertengahan musim panas” atau “hari pertama musim panas”. matahari mencapai deklinasi dari -23,5 derajat pada titik balik matahari musim dingin, sekitar 21 desember.
FASE – FASE BULAN
Fase Bulan
Bulan adalah tetangga terdekat Bumi dalam
antariksa. Bulan juga benda paling cemerlang dalam langit malam, bukankarena
terdiri dari gas menyala seperti matahari, melainkan karena memantulkan cahaya
matahari. Pada beberapa malam bulan berupa bola sempurna ynag bercahaya,
sedangkan pada malam lainhanya berupa sepotong perak. Namun demikian bentuk dan
ukuran bulan tak berubah. Yang berubah hanyalah penampakkannya, sepadan dengan
bertambah dan berkurangnya permukaan bulan yang disinari matahari. Perbahan
panampakkan bulan disebut fasa.
Tatkala bulan berada diantara Bumi dan Matahari,
sisinya yang gelap menghadap ke Bumi, sehingga bulan tidak tampak. Fase gelap
Bulan ini dinamakan Bulan Muda.
Segera sesudah bulan muda, bulan sabit yang mirip
benang terlihat di langit barat sesudah matahari tenggelam. Sabitnya menjadi
semakin lebar hari demi hari hingga menjadi Bulan separuh. bUlan dikatakan mengembang
bila ukurannya nampak bertambah besar. Fasa ini disebut pekan pertama.
Kira-kira tujuh hari sesudah pekan pertama, atau 14 hari sesudah bulan
muda, bulah telah berpindah ke suatu titik, sehingga bumi terletak diantara
bulan dan matahari. Seluruh sisi bulan yang diterangi matahari menjadi nampak;
fasa ini dinamakan bulan purnama. Bulan purnama ini tepat berlawanan
dengan bulan muda. Bulan terbit pada langit sore di timur dan tenggelam di
barat sekitar matahari terbit.
Sesudah bulan purnama, bulan mulai menyusut
(menjadi lebih kecil), melewati tahap bulan separuh, yang disebut pekan
terakhir, dan akhirnya kembali fasa bulan muda. Bulan separuh yang
bertambah besar disebut bulan separuh yang sedang menggembang. Bulan
yang menciut disebut bulan separuh yang lagi menyusut.
Bulan memerlukan 29½ hari untuk menamatkan
satu peredaran mengelilingi Bumi. Bulan berjalan bersama bumi selama bumi
mengedari matahari. Namun sewaktu terbit dan tenggelam gerakannya seolah-olah
dari timur ke barat, karena putaran bumi lebih cepat daripada peredaran bulan
mengelilingi bumi.
1. Variasi Ukuran Piringan Matahari dan Bulan
Bumi mengelilingi Matahari dalam orbit berbentuk
elips. Pada titik terdekatnya dengan Matahari (saat berada di titik perihelion),
jarak Bumi-Matahari hanya 147.100.000 km. Sedangkan pada jarak terjauhnya (saat
berada di aphelion), jarak Bumi-Matahari mencapai 152.100.000 km.
Perbedaan jarak ini menyebabkan perbedaan ukuran piringan Matahari terlihat
dari Bumi. Saat di aphelion, piringan Matahari terlihat memiliki radius 944″,
sedangkan di perihelionnya, radius piringan Matahari adalah 976″. Jadi, dalam
satu tahun, ukuran Matahari bervariasi sekitar 3,3%.
Sementara itu, Bulan juga mengelilingi Bumi dalam
orbit berbentuk elips. Saat berada di titik terdekatnya dengan Bumi (titik perigee),
pada jarak 363.300 km, piringan Bulan memiliki radius 1006″ (1006 detik busur =
1006 x 1/3600 derajat). Dan pada saat berada di titik terjauhnya dengan Bumi
(titik apogee), pada jarak 405.500 km, piringan Bulan yang terlihat
dari Bumi memiliki radius 882″. Variasi ukuran Bulan ini mencapai 12%.
Akibat dari variasi ukuran piringan Matahari dan
Bulan ini terlihat pada penampakan gerhana. Pada suatu saat gerhana Matahari,
piringan Bulan bisa 7% lebih besar dari piringan Matahari (atau 2″ lebih
besar). Pada saat lain, ukuran piringan Bulan bisa pula 10% lebih kecil
daripada ukuran piringan Matahari (atau 3″ lebih kecil). Karena itu, kita bisa
mengamati gerhana matahari total, atau gerhana matahari cincin.
2. Fase-fase Bulan
Diamati dari Bumi, Bulan menunjukkan fase-fase
penampakan. Fase-fase ini terjadi disebabkan oleh konfigurasi Bumi-Bulan-Matahari
saat itu. Saat bulan berada diantara Bumi dan Matahari, maka bagian yang tidak
mendapat cahaya matahari akan menghadap Bumi. Saat itu kita melihat bagian
bulan yang gelap. Fase ini dinamakan fase bulan baru. Disaat lain, saat Bumi
berada diantara Bulan dan Matahari, seluruh bagian Bulan yang menerima cahaya
matahari akan menghadap Bumi. Fase ini kita namakan fase purnama. Fase-fase
lainnya adalah saat bagian Bulan yang menghadap kita sebagian menerima cahaya
dari Matahari, sebagian lagi tidak.
3. Kemiringan Bidang Orbit Bulan
Bulan melengkapi satu putaran mengelilingi Bumi
dalam waktu 27,3 hari. Jadi setiap 27,3 hari, Bulan aka
n kembali ke posisi semula di langit (relatif
terhadap bintang-bintang). Periode ini dinamakan periode sideris Bulan. Pada
saat Bulan kembali ke posisi semula di langit, posisi Matahari telah bergeser
akibat pergerakan Bumi mengelilingi Matahari. Untuk membentuk konfigurasi
semula (Bumi-Bulan-Matahari), Bulan membutuhkan waktu tambahan sekitar dua
hari. Bulan membutuhkan waktu 29,53 hari untuk kembali dari satu fase ke fase
yang sama (misalnya dari fase purnama kembali ke fase purnama). Periode ini
dinamakan periode sinodis Bulan.
Namun ternyata tidak setiap berada pada posisi A
(pada Gambar atas) akan terjadi gerhana matahari. Demikian pula jika Bulan
berada pada posisi B, tidak setiap pada posisi tersebut akan terjadi gerhana
bulan. Semua ini disebabkan oleh bidang orbit Bulan yang tidak sebidang dengan
bidang orbit Bumi (ekliptika), tetapi membentuk sudut 5,2° (lihat Gambar
bawah). Gerhana hanya akan terjadi jika Bulan berada pada posisi A atau B pada
Gambar atas, dan pada saat itu Bulan berada di sekitar titik potong orbitnya
dengan ekliptika. Titik potong ini dikenal dengan nama titik node, titik
tanjak, atau titik simpul. Titik potong dimana Bulan bergerak dari sebelah
selatan ke utara ekliptika dinamakan titik node naik (titik tanjak naik).
Sedangkan titik potong dimana Bulan bergerak dari sebelah utara ke selatan
ekliptika dinamakan titik node naik (titik tanjak naik). Garis yang
menghubungkan kedua titik potong ini dinamakan garis nodal.
4. Terjadinya Gerhana
Gerhana terjadi karena terhalangnya cahaya
Matahari. Jika cahaya Matahari tidak bisa mencapai Bulan — keseluruhan atau
sebagian — karena terhalang oleh Bumi (dengan kata lain Bulan berada dalam
bayangan Bumi), maka peristiwa itu dinamakan gerhana bulan. Sedangkan
jika bayangan Bulan jatuh ke permukaan Bumi (Bulan menghalangi sebagian cahaya
Matahari yang menuju Bumi), maka peristiwa ini dinamakan gerhana matahari.
Ada dua macam bayangan: umbra
(bayangan inti) dan penumbra (bayangan tambahan). Jika kita
berada dalam umbra sebuah benda (misalnya umbra Bulan), maka sumber cahaya
(dalam hal ini Matahari) akan tertutup keseluruhannya oleh benda tersebut.
Sedangkan jika kita berada dalam penumbra, sebagian sumber cahaya masih akan
terlihat.
Namun demikian, saat gerhana bulan total, meski
Bulan berada dalam umbra Bumi, Bulan tidak sepenuhnya gelap total karena
sebagian cahaya masih bisa sampai ke permukaan Bulan oleh efek refraksi
atmosfer bumi. (lebih lanjut akan dibahas di Bab IV Gerhana Bulan tentang Skala
Danjon).
Interval waktu yang dibutuhkan Bumi untuk
mengelilingi Matahari dari konfigurasi Bumi-Matahari segaris dengan garis nodal
seperti posisi A kembali ke konfigurasi semula dinamakan tahun gerhana.
Satu tahun gerhana terdiri dari 2 musim gerhana. Karena gerak garis nodal tadi,
maka satu tahun gerhana tidak sama dengan satu tahun sideris, tetapi lebih
pendek. Tahun sideris ini adalah selang waktu yang dibutuhkan Bumi untuk
mengelilingi Matahari
Gambar terjadinya gerhana
- Gerhana Matahari
1. Gerhana Matahari Total
Pada gerhana matahari total, seluruh piringan
matahari tertutup oleh piringan bulan. Saat gerhana matahari total ini, ukuran
piringan bulan sama besar atau lebih besar dari piringan matahari.
2. Gerhana Matahari Cincin
Ada gerhana matahari cincin, ujung umbra tidak
mencapai permukaan Bumi. Hanya perpanjangan umbra saja (yang disebut antumbra
atau anti umbra) yang mencapai permukaan Bumi. Meski seluruh piringan
bulan berada di depan piringan matahari, tetapi ukurannya lebih kecil dari
piringan matahari, akibatnya tidak seluruh piringan matahari tertutupi. Bagian
pinggiran piringan matahari yang tidak tertutupi piringan bulan tersebut, masih
bercahaya, sementara bagian tengahnya gelap tertutup piringan bulan. Karena itu
gerhana ini dinamakan gerhana matahari cincin.
3. Gerhana Matahari Cincin-Total (Gerhana Matahari Hibrid)
Gerhana matahari cincin – total adalah gerhana
matahari yang jarang terjadi. Pada gerhana matahari jenis ini, di sebagian
tempat di muka Bumi, yang teramati adalah gerhana matahari cincin, sedangkan di
tempat lain gerhana matahari total.
Hal ini bisa terjadi karena pada saat puncak
gerhana, puncak kerucut umbra Bulan berada (hampir) tepat di permukaan Bumi,
dan pada lokasi ini akan teramati gerhana matahari total. Sedangkan pada lokasi
di timur dan barat lokasi tadi, bayangan gelap yang jatuh di permukaan Bumi
bukanlah umbra, tetapi perpanjangan umbra (antumbra), sehingga untuk fase total
pada lokasi ini yang teramati adalah gerhana matahari cincin.
4. Gerhana Matahari Sebagian
Pada gerhana matahari sebagian, saat puncak gerhana
terjadi, tidak seluruh piringan bulan menutupi piringan matahari dan tidak seluruh
piringan bulan berada di depan piringan matahari.
Dikenal juga istilah gerhana sentral dan gerhana
non-sentral. Gerhana sentral adalah gerhana yang terjadi dengan garis
penghubung Matahari-Bulan berpotongan dengan permukaan Bumi. Jika garis hubung
tersebut tidak memotong permukaan Bumi, gerhana tersebut dinamakan gerhana
non-sentral. Gerhana matahari total, gerhana matahari cincin, dan gerhana
cincin-total termasuk gerhana sentral. Sedangkan gerhana matahari sebagian, ada
yang sentral ada yang tidak.
Momen terjadinya gerhana matahari berdasarkan
urutan terjadinya:
Kontak I
Kontak I adalah saat piringan bulan dan piringan
matahari mulai bersinggungan. Kontak I ini menandai dimulainya peristiwa
gerhana.
Kontak II
Kontak II adalah saat pertama seluruh piringan
matahari tertutup oleh piringan bulan (untuk peristiwa gerhana matahari total),
atau saat seluruh piringan bulan seluruhnya berada ‘di dalam’ piringan matahari
(untuk peristiwa gerhana matahari cincin).
Kontak II ini menandai dimulainya fase total (untuk
gerhana matahari total), atau fase cincin (untuk gerhana matahari cincin)
Puncak gerhana
Puncak gerhana adalah saat jarak antara pusat
piringan Bulan dan pusat piringan Matahari mencapai minimum.
Kontak III
Kontak III adalah kebalikan Kontak II. Kontak III
ini adalah saat piringan matahari mulai keluar dari belakang piringan bulan
(untuk peristiwa gerhana matahari total), atau saat piringan bulan mulai
meninggalkan piringan matahari (untuk peristiwa gerhana matahari cincin).
Interval antara Kontak II dan kontak III adalah
panjangnya fase gerhana total. Pada gerhana matahari sebagian, fase Kontak II
dan Kontak III ini tidak kita amati.
Kontak IV
Kontak IV adalah saat piringan matahari dan
piringan bulan bersinggungan ketika piringan bulan meninggalkan piringan
matahari. Kontak IV ini adalah kebalikan dari Kontak I, dan menandai
berakhirnya peristiwa gerhana secara keseluruhan.
Interval antara Kontak I dan Kontak IV adalah
panjangnya peristiwa gerhana matahari.
Berdasarkan waktu-waktu kontak ini, peristiwa
gerhana matahari melalui fase-fase:
- fase gerhana sebagian: selang antara kontak I dan kontak II, dan antara kontak III dan kontak IV
- fase gerhana total atau fase gerhana cincin (tergantung gerhana matahari total atau cincin): selang antara kontak II dan kontak III
Fase gerhana matahari mana saja yang diamati
saat terjadinya sebuah gerhana matahari, bergantung pada jenis gerhana matahari
dan darimana kita mengamati. Secara prinsip:
- pada gerhana matahari total: terjadi fase gerhana sebagian dan fase gerhana total
- pada gerhana matahari cincin: terjadi fase gerhana sebagian dan fase gerhana cincin
- pada gerhana matahari sebagian: hanya terjadi fase gerhana sebagian. Namun dalam pengamatannya, pengamat di daerah yang berbeda akan mengamati waktu kontak yang berbeda, dan karenanya akan mengamati fase gerhana yang berbeda pula. Ini tergantung pada posisi pengamat relatif terhadap jalur yang dilalui umbra/penumbra Bulan. Karena itu, untuk melakukan pengamatan gerhana matahari, perlu perencanaan dan pemilihan lokasi pengamatan.
- Gerhana Bulan
Berdasarkan keadaan saat fase puncak gerhana,
gerhana bulan dapat dibedakan menjadi:
1. Gerhana Bulan Total
Jika saat fase gerhana maksimum gerhana,
keseluruhan Bulan masuk ke dalam bayangan inti / umbra Bumi, maka gerhana
tersebut dinamakan gerhana bulan total. Gerhana bulan total ini maksimum
durasinya bisa mencapai lebih dari 1 jam 47 menit.
2. Gerhana Bulan Sebagian
Jika hanya sebagian Bulan saja yang masuk ke daerah
umbra Bumi, dan sebagian lagi berada dalam bayangan tambahan / penumbra Bumi
pada saat fase maksimumnya, maka gerhana tersebut dinamakan gerhana bulan
sebagian.
3. Gerhana Bulan Penumbral Total
Pada gerhana bulan jenis ke- 3 ini, seluruh Bulan
masuk ke dalam penumbra pada saat fase maksimumnya. Tetapi tidak ada bagian
Bulan yang masuk ke umbra atau tidak tertutupi oleh penumbra. Pada kasus
seperti ini, gerhana bulannya kita namakan gerhana bulan penumbral total.
4. Gerhana Bulan Penumbral Sebagian
Dan gerhana bulan jenis terakhir ini, jika hanya
sebagian saja dari Bulan yang memasuki penumbra, maka gerhana bulan tersebut
dinamakan gerhana bulan penumbral sebagian.
Gerhana bulan penumbral biasanya tidak terlalu
menarik bagi pengamat. Karena pada gerhana bulan jenis ini, penampakan gerhana
hampir-hampir tidak bisa dibedakan dengan saat bulan purnama biasa.
Waktu-waktu Kontak dan Fase-fase Gerhana Bulan
Momen terjadinya gerhana Bulan diurut berdasarkan
urutan terjadinya:
P1 : P1 adalah kontak I penumbra,
yaitu saat piringan Bulan bersinggungan luar dengan penumbra Bumi. P1 menandai
dimulainya gerhana bulan secara keseluruhan.
P2 :P2 adalah kontak II
penumbra, yaitu saat piringan Bulan bersinggungan dalam dengan penumbra Bumi.
Saat P2 terjadi, seluruh piringan Bulan berada di dalam piringan penumbra Bumi.
U1 : U1 adalah kontak I umbra,
yaitu saat piringan Bulan bersinggungan luar dengan umbra Bumi.
U2 : U2 adalah kontak II umbra,
yaitu saat piringan Bulan bersinggungan dalam dengan umbra Bumi. U2 ini
menandai dimulainya fase total dari gerhana bulan.
Puncak Gerhana
Puncak gerhana adalah saat jarak pusat piringan
Bulan dengan pusat umbra/penumbra mencapai minimum.
U3 : U3 adalah kontak III umbra,
yaitu saat piringan Bulan kembali bersinggungan dalam dengan umbra Bumi, ketika
piringan Bulan tepat mulai akan meninggalkan umbra Bumi. U3 ini menandai
berakhirnya fase total dari gerhana bulan.
U4 :U4 adalah kontak IV
umbra, yaitu saat piringan Bulan kembali bersinggungan luar dengan umbra Bumi.
P3 : P3 adalah kontak III
penumbra, yaitu saat piringan Bulan kembali bersinggungan dalam dengan penumbra
Bumi. P3 adalah kebalikan dari P2.
P4 : P4 adalah kontak IV penumbra,
yaitu saat piringan Bulan kembali bersinggungan luar dengan penumbra Bumi. P4
adalah kebalikan dari P1, dan menandai berakhirnya peristiwa gerhana bulan
secara keseluruhan.
Berdasarkan waktu-waktu kontak ini, peristiwa
gerhana bulan melalui fase-fase:
- fase gerhana penumbral: selang antara P1-U1, dan antara U4-P4
- fase gerhana umbral: selang antara U1-U4
- fase total: selang antara U2-U3
Tidak keseluruhan kontak dan fase akan terjadi saat
gerhana bulan. Jenis gerhana bulan menentukan kontak-kontak dan fase gerhana
mana saja yang akan terjadi. Misalnya saat gerhana bulan total, keseluruhan
kontak dan fase akan dilalui. Untuk gerhana bulan sebagian, karena tidak
keseluruhan Bulan masuk dalam umbra Bumi, maka U2 dan U3 tidak akan terjadi,
sehingga fase total tidak akan diamati. Untuk gerhana penumbral total, karena
Bulan tidak menyentuh umbra Bumi, maka U1, U2, U3, dan U4 tidak akan terjadi,
karena itu fase gerhana umbral tidak akan diamati. Sedangkan pada gerhana
penumbral sebagian, hanya P1 dan P4 saja yang akan terjadi.
Berbeda dengan gerhana matahari, pada gerhana
bulan, waktu-waktu kontak dan saat terjadinya suatu fase gerhana, tidak
dipengaruhi oleh lokasi pengamat. Semua pengamat yang berada di belahan Bumi
yang mengalami gerhana akan mengamati waktu-waktu kontak (umbra dan penumbra)
pada saat yang bersamaan.
Gerhana bulan
Dari Wikipedia bahasa Indonesia,
ensiklopedia bebas
Gerhana Bulan
Diagram gerhana
bulan: Bayangan bumi yang menutupi bulan
Gerhana bulan terjadi saat sebagian atau keseluruhan
penampang bulan tertutup oleh
bayangan bumi. Itu terjadi
bila bumi berada di antara matahari dan bulan pada
satu garis lurus yang sama, sehingga sinar Matahari tidak dapat mencapai bulan
karena terhalangi oleh bumi.
Dengan penjelasan lain, gerhana bulan muncul bila bulan
sedang beroposisi dengan matahari. Tetapi karena kemiringan bidang orbit bulan terhadap
bidang ekliptika sebesar 5°[1], maka tidak
setiap oposisi bulan dengan
Matahari akan mengakibatkan terjadinya gerhana bulan. Perpotongan bidang orbit
bulan dengan bidang ekliptika akan memunculkan 2 buah titik potong yang disebut
node, yaitu titik di mana bulan memotong bidang ekliptika. Gerhana bulan
ini akan terjadi saat bulan beroposisi pada node tersebut. Bulan
membutuhkan waktu 29,53 hari untuk bergerak dari satu titik oposisi ke titik
oposisi lainnya. Maka seharusnya, jika terjadi gerhana bulan, akan diikuti
dengan gerhana Matahari karena kedua node
tersebut terletak pada garis yang menghubungkan antara Matahari dengan bumi.
Sebenarnya, pada peristiwa gerhana bulan, seringkali
bulan masih dapat terlihat. Ini dikarenakan masih adanya sinar Matahari yang
dibelokkan ke arah bulan oleh atmosfer bumi. Dan
kebanyakan sinar yang dibelokkan ini memiliki spektrum cahaya merah.
Itulah sebabnya pada saat gerhana bulan, bulan akan tampak berwarna gelap, bisa
berwarna merah tembaga, jingga, ataupun coklat.
Ketika gerhana bulan sedang berlangsung, umat Islam yang melihat atau mengetahui gerhana tersebut disunnahkan untuk melakukan salat gerhana bulan (salat khusuf)
Jenis-jenis gerhana bulan
- Gerhana bulan total
Pada gerhana ini,
bulan akan tepat berada pada daerah umbra.
- Gerhana bulan sebagian
Pada gerhana ini,
tidak seluruh bagian bulan terhalangi dari Matahari oleh bumi. Sedangkan
sebagian permukaan bulan yang lain berada di daerah penumbra.
Sehingga masih ada sebagian sinar Matahari yang sampai ke permukaan bulan.
- Gerhana bulan penumbra
Pada gerhana ini,
seluruh bagian bulan berada di bagian penumbra. Sehingga bulan masih dapat
terlihat dengan warna yang suram.
Sistem
koordinat ekuator
Dari Wikipedia bahasa Indonesia,
ensiklopedia bebas
Sistem
koordinat ekuator
Sistem koordinat ekuator barangkali
adalah sistem koordinat langit yang paling sering digunakan. Sistem koordinat
ini merupakan sistem koordinat yang bersifat geosentrik. Mirip dengan sistem koordinat geografi yang
dinyatakan dalam bujur dan lintang, sistem koordinat ekuator dinyatakan
dalam asensio rekta dan deklinasi. Kedua sistem koordinat
tersebut menggunakan bidang fundamental yang sama, dan
kutub-kutub yang sama. Ekuator langit sebenarnya
adalah perpotongan perpanjangan bidang ekuator Bumi pada bola langit, dan
kutub-kutub langit sebenarnya merupakan perpanjangan poros rotasi Bumi (yang melewati
kutub-kutub Bumi) pada bola langit.
Seperti halnya bujur, asensio rekta dihitung sepanjang
lingkaran yang sejajar ekuator. Asensio rekta dihitung ke arah timur mulai dari
titik Aries atau titik Vernal Ekuinok yang merupakan
salah satu titik perpotongan antara bidang ekliptika dan ekuator
langit, tempat Matahari berada pada tanggal 21 Maret (lihat
gambar). Asensio rekta dilambangkan dengan "
",
kadang-kadang disebut juga RA (dari bahasa Inggris Right Ascension)
dan dinyatakan dalam satuan sudut (jam, menit, detik), dengan 1 jam = 360
derajad / 24 jam = 15 derajad. Dalam pengamatan praktis seringkali harga ini
tidak diketahui bahkan harus ditentukan sehingga digunakan besaran lain yang
bersifat lokal, yaitu sudut jam atau HA (dari
bahasa Inggris Hour Angle).

Seperti halnya lintang, deklinasi diukur dari ekuator ke arah kutub. Deklinasi
bernilai positif bila benda
langit yang diamati berada di belahan langit utara, dan negatif bila benda
langit yang diamati berada di belahan bumi selatan. Deklinasi dilambangkan
dengan "
" dan
dinyatakan dalam satuan sudut (derajat, menit, detik)

Sistem koordinat ekliptika
Dari Wikipedia bahasa Indonesia,
ensiklopedia bebas
Sistem
koordinat Ekliptika.
Sistem koordinat Ekliptika atau sistem
koordinat gerhana merupakan sistem
koordinat alam semesta yang menggunakan Ekliptika (berekliptika)
sebagai satah asasi. Ekliptik ini
adalah rute matahari yang muncul mengikuti seluruh Bola langit sepanjang
tahun. Ia juga merupakan persilangan antara satah orbit Bumi dengan bola langit. Sudut lintang nya dipanggil
lintang Ekliptika atau lintang cakrawala (diwakili oleh β) yang diukur positif
ke arah utara. Sudut panjang nya pula disebut garis bujur Ekliptika
atau panjang cakrawala (diwakili oleh λ) yang diukur ke arah timur dari 0°
sampai 360°. Seperti jarak hamal dalam Sistem koordinat ekuator, garis bujur
Ekliptika 0° mengarah ke arah matahari dari bumi di ekuinoks musim
semi belahan bumi utara. Pilihan ini
membuat koordinat bintang tetap tunduk pada liukan ekuinoks, agar kala
referensi harus dinyatakan selalu.
Ekliptika adalah jalur yang dilalui oleh
suatu benda dalam mengelilingi suatu titik pusat sistem koordinat
tertentu. Ekliptika pada benda langit merupakan suatu bidang edar berupa garis
khayal yang menjadi jalur lintasan benda-benda langit dalam mengelilingi suatu
titik pusat sistem tata surya.
Seandainya bumi dijadikan sebagai
titik pusat sistem koordinat, maka ekliptika merupakan bidang edar yang dilalui
oleh benda-benda langit seperti planet dan matahari untuk mengelilingi bumi. Dan bila Matahari
dijadikan sebagai titik pusat sistem koordinat, maka ekliptika merupakan bidang
yang terbentuk sebagai lintasan orbit bumi yang berbentuk elips dengan Matahari
berada pada titik pusat elips tersebut.
Koordinat Horison (Alt-Azimuth)
Pada tulisan sebelumnya, kita sudah membahas koordinat langit
ekuatorial. Sekarang, giliran koordinat horison (alt-azimuth) yang dibahas.
Seperti apa sebenarnya koordinat ini, dan apa bedanya dengan koordinat
ekuatorial? Berikut pembahasannya.
Koordinat alt-azimuth adalah menentukan posisi
benda langit yang hanya berlaku secara lokal di sekitar pengamat saja. Nama
koordinat ini ditentukan dari dua kata yang didefinisikan sebagai penentu
posisi benda, yaitu altitud (disingkat alt) dan azimuth. Istilah-istilah
penting lainnya yang digunakan dalam koordinat ini adalah horison, zenith, dan
nadir.
Horison adalah bidang datar yang menjadi pijakan
pengamat, yang menjadi batas antara belahan langit yang dapat diamati dengan
yang tidak dapat diamati. Apabila kita berada di tengah-tengah laut, kita akan
melihat horison ini sebagai pertemuan antara langit dengan permukaan laut.
Kemudian zenith adalah sebuah titik khayal di langit yang berada tepat di atas
pengamat. Sedangkan nadir adalah kebalikan dari zenith, yaitu sebuah titik yang
berada di bawah pengamat. Kedua titik ini terletak tegak lurus terhadap
horison.
Bagaimana menentukan posisi sebuah bintang menurut
koordinat alt-azimuth ini? Altitud (a) menunjukkan ketinggian bintang dari
horison. Apabila sebuah bintang baru terbit atau tenggelam, ketinggiannya dari
horison adalah 0 derajat. Dan bintang yang berada di zenith memiliki altitud 90
derajat. Azimuth (A) menyatakan sudut yang dibentuk antara bintang dengan titik
utara atau selatan. Pengamat yang berada di belahan bumi utara menghitung
azimuth bintang dari titik utara ke arah timur (searah putaran jarum jam).
Sedangkan pengamat yang berada di belahan bumi selatan menghitung azimuth
bintang dari titik selatan ke arah timur (berlawanan arah putaran jarum jam).
Besarnya azimuth adalah dari 0 derajat hingga 360 derajat.
Sebagai contoh, untuk pengamat yang berada di
Semarang (selatan khatulistiwa), sebuah bintang yang berada 45 derajat di atas
titik utara memiliki azimuth 180 derajat. Sedangkan bagi pengamat yang ada di
Aceh misalnya, bintang yang berada 45 derajat di atas titik utara memiliki
azimuth 0 derajat (Lihat juga gambar di bawah).

Sementara kekurangan sistem koordinat ini adalah
bahwa, seperti yang sudah saya sebutkan di atas, koordinat alt-azimuth hanya
berlaku lokal (di sekitar pengamat) saja. Ketinggian dan azimuth sebuah bintang
pada saat yang sama akan memiliki nilai yang berbeda jika dilihat dari tempat
yang jauh. Misalkan seorang pengamat di Semarang ingin memberitahukan sebuah
objek yang ditemukannya kepada pengamat lain di Bandung dengan memberikan
koordinat alt-azimuth objek tersebut, maka pengamat di Bandung akan kesulitan
menemukan objek yang dimaksud.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus